Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Sudahkah Kita Memuliakan Orang Tua?

Sudahkah Kita Memuliakan Orang Tua?
Banyak orang yang telah mengikuti pelatihan manajemen keuangan dan belajar dari pelatih-pelatih sukses untuk belajar bagaimana caranya menjadi orang sukses, hidup bahagia dengan keberlimpahan. Bahkan tidak sedikit yang  menginvestasikan banyak uang untuk membayar semua pelatihan. Namun banyak pula yang terus-menerus gagal dan semakin terpuruk dalam perjalanan hidupnya.

Sahabat, ada satu hal yang mungkin sering terlupakan dalam episode kehidupan kita, yaitu keberkahan, kesuksesan, kebahagiaan itu datang dari ridha Ayah dan Ibu kita.
“Keridhaan Allah adalah keridhaan orangtua dan kemurkaan Allah adalah kemurkaan orangtua.” (Hadis riwayat Tirmizi)
Saat ini mungkin Anda sedang duduk dihadapan layar monitor notebook atau PC Anda,  kedua bola mata Anda sedang menelusuri susunan baris demi baris tulisan ini. Sambil Anda terus merasakan kenyamanan tempat duduk Anda, saya ingin mengajak Anda untuk mengenang  jasa kedua orang tua kita sejak kita masih dalam kandungan hingga saat ini, kita bisa mengerti dan menikmati ragam teknologi untuk terus meningkatkan kualitas hidup kita.
Dimana orang tua kita saat ini?
Apa kira kira yang sedang mereka lakukan?
Apa ya yang sedang mereka pikirkan sekarang?
Kapan terakhir kali kita mendo’akan mereka dengan ikhlas dan ketulusan hati terdalam?
Dan masih banyak lagi pertanyaan lain yang penting untuk kita jawab dalam hati kita,agar kebaikan dan cinta mereka selalu hidup dalam jiwa kita.
Ayah dan Ibu kita adalah orang-orang yang mulia, bahkan Allah SWT menempatkan mereka pada urutan keutamaan yang tinggi setelah penghambaan kepada-Nya.
“Dan Tuhanmu telah menetapkan keputusan, supaya kamu jangan menyembah kecuali kepada-Nya saja dan juga berbakti terhadap ibu bapa. Jika salah seorang di antaranya atau keduanya sudah lanjut usia, jangan menolak permintaan mereka secara kasar, namun ucapkanlah terhadap mereka perkataan yang sopan santun.” (QS Al-Isra’, ayat 23)
Demikianlah Allah memerintahkan kepada kita agar selalu berbakti kepada kedua orang tua kita. Lebih dari 40 minggu ibu kita membawa kita dalam kandungan beliau, berjalan terasa berat, tidur tak nyaman, sekujur tubuh sering terasa sakit karena menahan nyeri. Namun semua dilalui dengan penuh keikhlasan.
“Dan Kami telah mengamanatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah semakin bertambah lemah juga Maksudnya, derita payah waktu mengandung bukan semakin berkurang, malah sebaliknya semakin bertambah, sebab beban kandungan semakin lama semakin membesar dan memberat., sampai masa penyapihan bayinya dalam umur dua tahun. Karena itu, bersyukurlah kepada-Ku dan taat kepada kedua orang tuamu, karena kepadakulah tempat kembalimu.” (QS. Luqman : 14)
Pada hari kelahiran kita, ibu yang berdarah-darah sangat siap mengikhlaskan nafas terakhirnya jika memang harus ada yang meninggal dunia, demi hadirnya seorang buah hati. Tiada harapan lain dalam hati beliau kecuali kelak bayi yang lahir ini menjadi anak yang shalih dan shalihah.
Kita lahir tanpa daya. Saat tubuh kita kedinginan, ibu yang memeluk dan memberi kehangatan cintanya. Saat tengah malam tiba tiba kita terbangun, tak tahu apa yang kita rasakan, apakah lapar, mengantuk, ingin buang air, dan lain sebagainya, kita hanya bisa menangis, namun ibu sangat mengerti apa yang sedang kita butuhkan. Dalam kantuknya ibu tetap rela bangun dan terjaga melayani semua kebutuhan kita. Tidak jarang beliau nyaris tak bisa memejamkan mata dengan nyaman di malam hari.

Tak cukup sampai disitu, semakin hari kita semakin tumbuh bersamaan dengan bertambahnya usia, justru bukan mengurangi beban beliau. Namun ternyata masa kecil kita sangat menyusahkan beliau.
Saat masa-masa awal belajar berjalan, berulang kali kita mencoba berdiri dan jatuh kembali, bangun dan jatuh lagi. Siapa motivator terbaik kita saat itu hingga kita bisa berjalan sempurna hari ini, bahkan kita bisa berlari cepat? Ternyata ibu dan ayah lah yang dengan sabar melatih kita, mulai dari cara berjalan, mengenakan dan melepas pakaian, menyuap makanan kedalam mulut, juga melatih kita dengan sabar mengenali satu persatu makna kata kata.

Saat kita sekolah tidak jarang diantara kedua orang tua kita yang menekan kebutuhan mereka, dan adapula yang sampai mengurangi jatah makan mereka, hanya karena ingin kita bisa sekolah, agar kita bisa membeli buku, agar kita bisa berganti sepatu dan baju, agar kita bisa juga membeli jajan seperti teman teman kita.

Jika hari ini kita merasa hidup kita bermanfaat, kita bisa tersenyum dan tertawa maka sungguh semua ini tak mungkin tanpa peran ibu dan ayah kita.
Hari ini cerita berubah, kini kita telah dewasa, ada diantara kita yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Dan mereka tak lagi muda, ayah ibu kita kini semakin renta, kulit mereka semakin berkerut, mata mereka perlahan menjadi kurang awas, kemampuan mereka semakin lemah.

Kenangan apa yang hadir dalam ingatan kita sekarang? Dari sekian banyak kebaikan mereka, mana yang paling kuat dalam ingatan kita? Atau mungkin kekurangan mereka yang  justru kita ingat ingat, cara mendidik mereka yang sering kita kritik, dengan mengatakan bahwa cara mereka kuno, kolot  dan seterusnya? Atau mungkin ada dendam kemarahan yang belum terselesaikan dengan Ayah Ibu kita?

Apapun itu selama emosi negatif yang masih kita bawa sesungguhnya tidak akan mengundang keberkahan dari Allah untuk kehidupan kita.
Mari menyusun kembali langkah langkah sukses kita dengan memaafkan mereka jika ada kesalahan mereka yang masih membekas di hati kita. Ketidak setujuan kita pada perkataan dan sikap Ayah Ibu janganlah menjadikan kita lupa berbuat baik pada mereka. Seburuk apapun orang tua kita, sejelek apapun perilaku mereka kepada kita, tetap saja mereka orangtua kita yang wajib kita hormati. Sudah selayaknya kita melatih diri untuk menghancurkan gunung ego dalam diri kita dengan senantiasa berkata dan berprilaku baik pada mereka. Janganlah dendam dan emosi negatif yang merusak kehormatan kita pada mereka yang sungguh sangat mulia.

Semoga dengan niatan berbakti kepada kedua orang tua kita, Allah akan lapangkan semua urusan kita, Allah terangi hari hari kita dengan cahaya-Nya. Dah kesuksesan penuh berkah semakin mudah untuk digapai dengan dukungan doa tulus ikhlas dari kedua orang tua kita.

Insyallah.

Ahmad Rosadi Lubis, SH, CHt
Tulisan ini pertama kali dipublish melalui www.fimadani.com

Merawat Cinta Kasih Suami Istri

Merawat Cinta Kasih Suami Istri
Pembahasan tentang berkeluarga selalu menjadi kajian yang menarik dan menggoda hati setiap insan. Karena memang  keluarga dalam pandangan Islam adalah “labinatul ulaa” (batu pertama) dalam bangunan masyarakat muslim dan merupakan taman yang mendatangkan kasih sayang, ketenangan, kedamaian dan keharmonisan. Kebahagiaan rumahtangga adalah surga kecil yang diharapkan semua orang, sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW : “Rumahku Surgaku..” .

Namun perjalanan berkeluarga dan membina rumah tangga tidak selalu seindah melewati  jalan bertaburan bunga yang harum mewangi, ada kalanya jalan yang dilalui adalah lintasan penuh duri dan bebatuan yang tajam.  Jika tidak diantisipasi dan disikapi dengan tepat,  maka kehancuran rumahtangga menjadi akhir kisah cinta yang pernah dibina.

Beberapa fakta yang menarik untuk kita renungkan :
  • Ternyata dari pasangan yang mengajukan untuk bercerai ke KUA hanya 15% yang dapat didamaikan dan membatalkan perceraiannya.
  • Sedangkan yang 85% terus maju menuju perceraian
  • Bahkan ternyata 2 tahun kemudian 80% dari 15% yang tidak jadi bercerai pada akhirnya bercerai juga.
Jika kita perhatikan fakta diatas,  sepertinya  lebih dari 90% keluarga yang tidak harmonis terancam perceraian.  Lemahnya kesadaran dan keterampilan  memupuk dan memelihara cinta mengakibatkan ketidak harmonisan, kemudian berujung pada musibah perceraian.

Biasanya awal kehancuran itu adalah berkurangnya kemesraan suami istri, dikarenakan lemahnya kesadaran bahwa perjalanan rumahtangga tidak selalu indah, ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman bahwa hidup ini hanyalah ujian dari Allah kepada hamba-Nya, termasuk pasangan hidup kitapun adalah ujian tersendiri bagi kita.

Ada sebagian orang diawal pernikahan sangat mengharapkan kesempurnaan pasangannya, dalam perjalanan biduk rumahtangga, semua sifat  dan karakter asli dari pasangan tidak  diterima sebagaimana  adanya. Semua hanya berujung pada kekecewaan. Sebagian lagi menjadi tidak harmonis karena satu sama lain tidak terbuka dalam masalah-masalah kehidupan, sehingga tersumbatnya jalur jalur komunikasi menjadikan suasana rumah tangga semakin misterius.  Dan tidak jarang pula ketidak harmonisan di rumah tangga diakibatkan terbiasa membesar-besarkan masalah yang sebenarnya remeh.

Jika cinta tak lagi bersemi indah, meski tidak bercerai secara fisik tetapi hati  antara yang satu dengan yang lain sebenarnya sudah tidak bertautan lagi. Na’udzubillahi min dzalik.

Maka penting bagi kita merawat cinta kasih agar terhindar musibah rumah tangga. Kita bisa bayangkan jika kita memiliki barang barang berharga yang kita sayangi misal kompunter dan perlengkapan pribadi kita lainnya,  tentu kita akan lakukan maintenant (pemeliharaan/perawatan) untuk memastikan semua dapat digunakan dengan baik saat dibutuhkan. Jika untuk perlengkapan saja kita perlu perawatan, tentu cinta pada pasangan dan anak anak kita jauh lebih penting dari semua perlengkapan rumah tangga kita bukan? Sudah semestinya kita memiliki perhatian khusus dalam  merawat cinta kasih dalam rumah tangga.

Pertanyaannya adalah bagaimana caranya merawat cinta kasih dalam berumahtangga?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut ada beberapa hal yang mulai hari ini dan seterusnya penting kita perhatikan  dan senantiasa kita rawat, antara lain:

Ketaqwaan
Menurut Sayyid Quth dalam tafsirnya—Fi Zhilal Al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri kehidupan.

Dalam sebuah riwayat juga dikisahkan saat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”

Berangkat dari pemahaman kita tentang taqwa, maka dalam mengayuh biduk rumah tangga kita perlu senantiasa mengasah kepekaan hati kita, agar hati kita menjadi penuh dengan kesadaran dalam menjalani semua liku kehidupan kita, senantiasa waspada ketika godaan dan cobaan datang menghadang.

Masalah apapun yang kita hadapi dalam berumah tangga, pastikan pilihan-pilihan sikap, perilaku dan perkataan kita hanya yang di ridhoi oleh Allah. Segarkan selalu cinta pada pasangan kita dengan menyegarkan kesadaran kita, bahwa: “Aku mencintai pasanganku semata mata karena kecintaanku pada Allah.”

Kasih Sayang
Kasih sayang adalah dua kata yang seolah sederhana namun pada kenyataannya tidak sesederhana mengucapkannya. Misal untuk para suami kadang merasa sudah memberikan kasih sayang pada istrinya padahal sang istri justru tidak merasakan apa yang dimaksud oleh suaminya dengan kasih sayang.

Yang saya maksud dengan kasih disini adalah sebuah perwujudan dari perasaan cinta kepada pasangan dengan memberikan nafkah lahir,  sedangkan sayang diwujudkan dalam bentuk nafkah batin untuk keluarga kita.

Terkadang memang terkesan seperti kurang adil jika ternyata kita baru memberi kasih tetapi belum memberi sayang. Atau sebaliknya bisa jadi kita baru memberi sayang tetapi belum dapat sepenuhnya memberi kasih pada pasangan dan keluarga kita.

Dengan senantiasa memperhatikan pemenuhan kasih dan sayang pada keluarga kita insyallah kemesraan akan selalu terjaga kehangatannya.

Kesetiaan
Dalam berumah tangga kesetiaan bukanlah sekedar berdampingan, tetapi yang dimaksud dengan setia termasuk juga menjaga kemuliaan, akal, jaminan hidup, keilmuan, keselamatan jiwa dan keturunan.

Dengan senantiasa berupaya menjaga kesetiaan pada pasangan dan keluarga insyaAllah biduk rumah tangga yang dikayuh akan senantiasa kuat walau badai menghantam. Mari senantiasa memperhatikan kemuliaan pasangan kita, memberikan pendidikan yang terbaik bagi pasangan dan keluarga kita. Hingga benar-benar terwujud rumah tangga yang kuat dan harmonis sebagai penopang peradaban dimasa yang akan datang.

Komunikasi
Komunikasi ibarat air bagi tumbuhan. Tanpa komunikasi cinta kita akan layu, kering dan akhirnya matilah romantisme kehidupan keluarga.
Komunikasi yang baik dengan pasangan dan keluarga memiliki peranan yang penting untuk merawat cinta kasih dalam membina rumahtangga. Bayangkan bila seandainya suami dan istri  jarang berbicara dan tidak mau mendengarkan atau memberikan respon ketika pasangannya mengajak berbicara. Sudah pasti pasangan itu tidak akan saling memahami atau mempunyai hubungan dekat satu dengan yang lain. Mereka hanya akan seperti orang asing yang berkumpul dalam satu atap rumah. Rumah hanya akan menjadi seperti kuburan.

Memang menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan dan  keluarga tidaklah semudah membalikkan tangan. Maka sudah semestinya kita membangun kesadaran akan tanggung jawab atas  diri kita masing-masing untuk terus mengusahakan, memelihara, dan mempertahankan agar komunikasi dapat berjalan baik. Namun, meskipun telah diusahakan, terkadang komunikasi itu masih tidak bisa terjalin dengan baik. Perbedaan pendapat, kebutuhan, sifat, atau kemampuan masing-masing pasangan dan anggota keluarga bisa menjadi penyebab ketidaklancaran komunikasi dalam rumah tangga.

Teruslah berkreasi dalam menemukan pola komunikasi terbaik dengan pasangan dan keluarga kita, agar cinta kasih dan keharmonisan senantiasa tumbuh bagai bunga bunga nan indah dalam rumah tangga kita.

Keterbukaan
Ternyata dengan komunikasi saja belumlah cukup, karena bisa saja komunikasi  berlangsung tanpa keterbukaan. Namun kenyataannya keterbukaan itu tidak akan bisa lahir tanpa adanya komunikasi.

Keterbukaan merupakan sikap yang perlu di biasakan bagi pasangan suami istri. Dalam merawat cinta kasih dan memelihara keharmonisan rumah tangga.
Sikap tertutup antara suami istri dan anggota keluarga dapat mendatangkan masalah, sebaliknya keterbukaan akan membawa kebaikan berlimpah bagi pasangan suami istri, atau setidak-tidaknya dapat mengurangi masalah-masalah yang seharusnya tidak terjadi.

Dalam membina rumah tangga keterbukaan itu akan lahir jika kita membiasakan untuk mengomunikasikan segala sesuatu kepada pasangan kita, jangan biarkan pasangan kita menduga-duga dan menjadi kecewa, karena seolah-olah ada yang masih kita sembunyikan.

Dengan keterbukaan maka akan terjadi “Kutahu yang kumau dan kutahu yang kau mau” atau juga “kau tahu yang kau mau dan kautahu yang kumau”

Kejujuran
Dalam mengayuh biduk rumah tangga kejujuran adalah faktor lain yang menjadi pilar penting untuk memelihara cinta kasih dan menumbuhkan 
keharmonisan dalam keluarga.

Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”
Sungguh kejujuranlah yang mengundang kebaikan itu hadir dalam rumah tangga kita. Berbohong adalah sukses jangka pendek, karena sekali ketahuan berbohong oleh pasangan kita maka secara otomatis runtuh sudah benteng kepercayaan, digantikan dengan prasangka dan kecurigaan-kecurigaan.

Kejujuran adalah sukses jangka panjang. Allah SWT dan hati nurani selamanya tidak dapat dibohongi oleh siapapun dan dengan cara apapun.
Kejujuran bukan sekedar tidak mencuri tetapi tidak melakukan tindakan-tindakan yang mencurigakan dalam kehidupan berumah tangga juga merupakan suatu kejujuran.

Ingatlah! Kejujuran itu adalah hal yang tiada ternilai dalam rumah tangga kita. Ingatlah! Kejujuran sesungguhnya telah banyak menyelamatkan rumah tangga dari bencana perceraian.
Semoga Allah senantiasa menjadikan cinta dan kasih saya dalam keluarga kita senantiasa segar dan harum. Hingga terwujudkan hubungan cinta dan saling berkasih sayang dengan memelihara kemesraan dalam kehidupan rumah tangga.

Wallahu’alam.

Ahmad Rosadi Lubis, SH, CHt
Tulisan ini pertama kali di muat di : www.fimadani.com

Beginilah Cara Stress Merusak Kesehatan Anda

Sahabat Bang Lubis Hypnotherapy, situasi akhir akhir ini ternyata bukanlah semakin mudah, faktanya persaingan semakin ketat, beban hidup semakin berat. sehingga tingkat dan peluang serangan stress pada diri kita pun semakin menjadi jadi..



sehinggat tidak ada kata lain , kecuali senantiasa mewaspadai gannguan stress pada diri kita. karena tekanan stress yang gagal dikelola akan mengakibatkan banyak kesusakan pada pikiran bahkan fisik manusia.

Kejadian dan pristiwa sehari hari tidak jarang menjadikan manusia mengalami tekanan stress yang sangat menegangkan. tekanan yang yang terarah semakin parah pada psikologis apalagi dialami selama berhari hari, bermingu minggu bahkan ada yang berkempanjangan hingga tahunan.

kondisi stress berkepanjangan inilah yang bisa mengakibatkan sebuah tekanan depresi bahkan putus asa bagi orang orang yang tidak bisa mengendalikan stress dalam psikologisnya.

kondisi psikologis yang tertekan dan semakin parah akan memberi efek negatif pada sistem limbik di otak manusia, juga bisa memberikan efek negatif pula pada aktivitas bagian otak yang dikenal dengan Hypotalamic dan kelenjar pituitary.

sehingga kondisi tersebut tidak jarang memperburuk sistem kekebalan tubuh seseorang dan merusak sistem endokrin yang kemudian mengakibatkan peningkatan pertumbuhan sel sel abnormal dalam tubuh manusia.

alhasih , keadaan pertumbuhan sel abnorman ini mengakibatkan ternyadi banyak ketidak seimbangan dalam tubuh dan sistem kekebalan. yang pada akhirnya dapat menimbulkan pertumbuhan kanker dan berbagai penyakit lainnya didalam tubuh seseorang, selain itu juga masalah dan beban beban emosional bahkan fisik akan terus bermunculan..tidak jarang pulang yang berimbas pada masalah masalah rumah tangga, kesulitan membangun karier, tidak percaya diri, dan prilaku prilaku negatif lainnya seperti ketergantungan dan lain sebagainya...

demikiannya bahaya stress dalam pikiran dan diri manusia, sehingga sudah selayaknya Anda dan kita semua melatih dan memberdayakan diri agar hari demi hari yang dilalui ini bisa menjadi hari hari yang berkualitas.

mengatasi stress dengan senantiasa berlatih mengendalikan diri dan emosi, berdasarkan  pengalaman bertahun tahun berkecimpung di dunia hypnosis dan hypnotherapy, saya menemukan banyak fenomena menarik terkait ragam pemberdayaan diri dalam mengatasi stress yang memang akhir akhir ini semakin berat.

jika Anda merasa kesulitan mengatasi stress Anda, atau mungkin anda mengalami keluhan keluhan fisik yang diakibatkan tekanan dalam pikiran Anda. mungkin Anda termasuk orang orang yang perlu mencoba bagaimana  indahnya hidup damai dan bebas stress dengan metode hypnotherapy yang khas dari layanan kami.

terimakasih, semoga tulisan ini membawa manfaat bagi Anda

Ahmad Rosadi Lubis, SH , CHt
081 805 677 805

Denpasar, 27 Mei 2011

Menjadi Ayah yang Baik

Menjadi seorang Ayah terkadang dirasakan bukan menjadi satu hal yang  sederhana, karena selain dihadapkan pada tanggung  jawab memberikan kesejahteraan pada keluarga, sang ayah juga dituntut untuk memiliki kesadaran akan kewajibannya dalam mendidik anak.
Dalam Sebuah sabda Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Ath-Tirmidzi, dari Ayyub bin Musa dari kakeknya :
Dari Sa’id bin Ash, Rasulullah bersabda : “Tidak ada pemberian yang lebih utama seorang ayah kepada anaknya selain budi pekerti yang baik.”

Tidak jarang ada orang tua yang mengeluhkan bahwa anak mereka sedang mengalami masalah bahkan ada yang sampai pada prilaku menyimpang. Dan justru setelah ditelusuri, sering kali awal dari sebagian besar masalah yang dialami anak bersumber dari orang tua.

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, perilaku anak tidak akan jauh dari perilaku orang tuanya.

Jika kalimat tersebut kita kupas dari sudut pandang ilmu hypnosis, maka kita bisa uraikan dari pola pembentukan prilaku manusia bahwa proses belajar manusia adalah dari memodel (mencontoh).  Apapun yang sering dilihat, didengar dan dirasakan oleh seorang anak, maka bisa dipastikan semua informasi yang terekam tersebut akan menjadi sistem di dalam kehidupannya.

Sederhana saja, kita bisa simulasi dengan sebuah imajinasi.

Cobalah Anda membayangkan bahwa saat ini dihadapan Anda ada selembar kertas putih, dan saya meminta Anda untuk menuliskan kata “KIRI” di sebelah kiri, dan kata “KANAN” di sebelah kanan.

Kemudian, Anda boleh mengimajinasikan bahwa sekarang Anda melingkari kata “KIRI” dengan gambar hati, dan kemudian kata “KANAN” Anda lingkari dengan gambar lingkaran.

Bagus sekali, Anda hampir selesai…

Sekarang saya minta Anda mengambarkan seekor bebek diantara tulisan “KIRI” dan “KANAN” .
Sudah?

Terimakasih, jika Anda berhasil melakukan simulasi diatas artinya imajinasi Anda sangat bagus. Tapi coba perhatikan saat Anda menggambar seekor bebek tadi, kemana arah kepala bebek itu?

Sebagian besar dalam pelatihan yang saya pandu hampir semua peserta menggambarkan bebek dengan kepada menghadap kesebelah “KIRI”.

Bagaimana dengan Anda?

Jika Anda termasuk yang menggambar bebek dengan kepada menghadap ke selain “KIRI”,  itu point bagus untuk Anda.

Bagi Anda yang ternyata menggambarkan bebek dengan kepala menghadap ke sebelah “KIRI”, maka yang sebenarnya terjadi adalah kerja otomatis dari sistem yang tebentuk dalam kesadaran Anda dari pengalaman yang Anda ulang-ulang dari masa lalu. Pertanyaan saya apa iya kalau menggambar itu selalu kepada harus menghadap ke sebelah “KIRI”. Atau karena sejak kecil Anda telah terprogram oleh gambar kepala burung Garuda di depan kelas Anda yang menoleh kesebelah kiri Anda?!

Begitulah kira kira sebuah sistem itu terbentuk sehingga semua bekerja menjadi otomatis. Dalam konteks tugas Ayah dalam mendidik anak dengan perilaku yang baik sebagaimana yang diamanahkan Rasulullah SAW, maka menjadi PR tersendiri bagi seorang Ayah agar senantiasa mensholehkan dirinya, senantiasa konsisten dalam perkataan baiknya dan selaras pula dengan prilaku baiknya dihadapan anak.

Mari fahami rumusnya : “Anak melihat  =  Anak meniru.”

Sebagai Ayah yang baik tentu sangat penting untuk memperhatikan cara berkomukasi di dalam rumah. Jika seorang Ayah sering meluapkan kemarahan dihadapan istrinya, maka Anak akan belajar bagaimana berperilaku kasar dan merendahkan Ibunya. Begitupula sebaliknya jika seorang Ayah dengan sangat pintar memuliakan istrinya, sebenarnya disaat yang sama Anak sedang belajar bagaimana menghargai seorang wanita.

Seolah sepele, tapi kadang tidak sederhana dalam aplikasinya.

Saat seorang Ayah pulang dari urusan pekerjaan di sore hari, dalam penat yang sangat, tentu ingin beristirahat sejenak. Tidak jarang Anak dengan cepat mendekat, seperti mendapatkan mainan baru, mereka mulai memanjat Ayahnya, menginjak injak kaki hingga punggung, menjambak rambutnya, tidak jarang pula ada yang duduk di atas perut dan memperlakukan Ayah mereka bagai kuda tunggangan.

Jika egoisme pribadi yang dikedepankan tentu paling mudah untuk marah dan berteriak pada Anak, menyuruh mereka untuk menjauh. Namun seorang Ayah yang baik dituntut untuk dengan siaga mengaktifkan kesadarannya sebelum merespon semua situasi yang terjadi dihapannya.

Jika direnungi, sesungguhnya anak-anak rindu pada Ayah mereka setelah sering ditinggal. Saat pertemuan dengan Ayah mereka adalah kesempatan yang mahal. Sebagai Ayah perlu untuk menghadirkan kesadaran ini.

Apa alasan kita untuk menolak Anak, bukankah letihnya kita bekerja adalah untuk kebahagiaan mereka juga? Jika Allah sekarang mendekatkan mereka pada Anda wahai para Ayah, untuk Anda bahagiakan, apakah mungkin Anda menunjukan egoisme Anda dihadapan anak anda?

Sekali lagi perilaku kita sebagai Ayah di hadapan anak adalah contoh dan bagi mereka. Sering kali lebih mudah bagi mereka belajar dari perilaku kita daripada kalimat-kalimat yang keluar dari lisan kita.

Maka mulai hari ini dan seterusnya, mudah mudahan kita bisa menjadi seorang Ayah yang baik bagi anak-anak kita, mari menginstall software yang baik didalam sistem pikiran mereka, dengan senantiasa berkata dan berperilaku baik dihadapan mereka. Agar kelak mereka benar benar bisa menjadi penyejuk mata dan mampu menjadi pemimpin orang-orang yang bertakwa. Aamiin..

Wallahu’alam.

Ahmad Rosadi Lubis, SH, CHt

Tulisan ini pertama kali dimuat di :  www.fimadani.com

Inilah Cara Mengelola Stress Anda #1

Mengelola stress sering kali menjadi masalah besar bagi sebagian orang. karenanya tidak jarang diantara kita yang hari harinya dikuasai oleh kecemasan yang tidak beralasan. Dalam kasus kasus yang kami bantu selama ini di Bang Lubis Hypnotherapy , keluhan yang disampaikan oleh klien klien kami saat menjalani terapi dengan metode Hypnosis . mereka mengeluhkan kebiasaan memprediksi hal hal yang belum tentu terjadi adalah penyebab yang paling sering membawa mereka pada suasana pikiran dan diri yang tertekan. 



Dan stress yang berkempanjangan dan tidak dikelola ini sering membawa dampak negatif pada kondisi mental seseorang, ada yang akhirnya menjadi sangat cemas setiap kali menghadapi test di dalam proses penjenjangan di tempat kerja misalnya. ada yang merasa diri tidak mampu tampil di hadapan umum, ada pula yang setiap kali bertemu dengan orang baru sering merasa terganggu.

Kondisi mental yang stress sering kali semakin menghambat aktifitas, stress di tempat kerja mengakibatkan turunnya semangat kerja, yang tidak jarang membuat kehilangan rasa cinta terhadap pekerjaan. bisa dibayangkan jika seseorang yang sudah kurang mencintai pekerjaannya, bagaimana mungkin bisa berprestasi di tempat kerja?

karena ini disini saya coba bagikan beberapa cara untuk mengelola stress yang bisa Anda jadikan sebagai alternatif untuk mengatasi rasa tertekan Anda kala stress datang menghampiri Anda.

Yang pertama yang bisa Anda lakukan adalah dengan berlatih menjadikan pikiran dan diri Anda rileks dengan cara cara yang sederhana. ada banyak sekali cara yang bisa Anda pilih untuk secara cepat menjadikan pikiran Anda lebih rileks, dalam metode hypnosis  yang biasa digunakan dalam hypnotherapy yang paling sering kami gunakan untuk membantu klien klien kami di klinik hipnoterapi  adalah dengan memperhatika perubahan pola nafas. cara inipun bisa Anda gunakan. metodenya sangat sederhana karena sebenarnya tidak ada aturan yang baku dalam bernafas, tidak ada yang mengharuskan Anda untuk menarik nafas , menahannya kemudian melepaskannya harus dengan menggunakan hitungan dan seterusnya.
  
yang perlu Anda lakukan misal Anda sedang berada di tempat kerja, Anda cuku berdiri dari tempat duduk Anda, bisa juga Anda keluar ruangan untuk mendapatkan udara yang lebih segar, berikutnya coba tegakkan badan Anda, angkat dagu Anda sedikit kearah atas. Anda boleh juga mengangkat dada Anda dan melebarkan tangan Anda. dan mulailan menarik nafas secara pelan dan dalam. 

dan mulailah memperhatikan keluar dan masuknya udara dari rongga hidung Anda, tarik dan hembuskan nafas Anda dengan santai dan perlahan saja, bernafaslah dengan penuh rasa syukur, fokuskan diri Anda pada pikiran Anda yang ingin Anda jadikan lebih rileks dan nyaman.

sambil terus bernafas dan memperhatikan keluar dan masuknya nafas Anda. katakan dalam hati Anda agar pikiran Anda mulai membuat programnya bekerja, misal Anda mengatakan : "wahai otot dan persendian di bagian ...... (bagian yang ingin Anda rilekskan) sekarang aku mengijinkan engkau untuk menjadi rileks...tenang....nyaman...damai...." kalimatnya bisa Anda sesuaikan dengan bahasa yang paling mudah Anda fahami. dan perhatikan bagian yang sedang Anda program akan berubah bersamaan dengan kalimat yang Anda ulang terus dalam hati Anda dengan santai.

Anda juga bisa membantu agar anda lebih cepat santai degan memejamkan mata Anda, agar bisa berkonsentrasi penuh pada diri dan pikiran Anda. 

bernafaslah dengan penuh rasa syukur, dan perhatikan rasa syukur Anda dengan menikmati cara Anda bernafas telah melenyapkan stress Anda dalam hitungan detik.

Selamat mencoba, dalam tulisan berikutnya saya akan bagikan metode yang lain untuk mengelola stress Anda dimanapun dan kapan pun. 

Salam Bahagia 

Ahmad Rosadi Lubis
19 Juni 2011
06:55
Denpasar

Popular Posts

Blogroll

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Ahmad Rosadi Lubis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger